Perkiraan Dosis Efektif yang Diterima Pasien pada Pemeriksaan CT Scan
Pendahuluan
Pada bagian sebelumnya sudah pernah disampaikan mengenai “Proteksi Radiasi pada Pasien dalam Pemeriksaan CT Scan” (silakan kunjungi Link-nya). Pada kesempatan kali ini akan diuraikan mengenai perkiraan besarnya dosis efektif yang diterima pasien ketika menjalani pemeriksaan dengan modalitas CT Scan.
Besarnya dosis yang diterima oleh pasien tersebut merupakan nilai CT dose index (CTDI) dan dose-length product (DLP) untuk tiap pemeriksaan. Nilai CTDI dan DLP dapat dengan mudah kita temui di monitor konsol CT Scan. Permasalahannya, nilai CTDI dan DLP bukan sebagai besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pasien pada saat menjalani pemeriksaan dengan CT Scan. Teminologi dosis pasien secara harfiah sebenarnya menunjuk kepada dosis efektif yang diterima pasien. Berapa besarnya dosis efektif yang diterima oleh pasien CT Scan?
Dosis Ekivalen dan Dosis Efektif
Menurut Glosarium Iptek Nuklir (BATAN), definisi dosis ekivalen (H) adalah besaran dosis radiasi yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi untuk menyatakan besarnya tingkat kerusakan pada jaringan tubuh akibat terserapnya sejumlah energi radiasi dengan memperhatikan faktor bobot radiasi (Wr) yang mempengaruhinya (dosis dan jenis radiasi serta faktor lain). Sedangkan dosis efektif (E) adalah besaran dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi yang nilainya adalah jumlah perkalian dosis ekivalen (H) yang diterima jaringan dengan faktor bobot jaringan (Wt).
Dosis efektif merupakan kuantitas dosis yang direkomendasikan oleh standar internasional untuk menyatakan risiko radiasi. Sangat rumit untuk mengevaluasi dosis efektif karena dibutuhkan pengetahuan untuk menghitung dosis ekivalen rata-rata yang diterima minimal 12 organ atau jaringan tubuh. Sehingga lebih mudah memperkirakan dosis efektif dengan menggunakan perangkat lunak (software) monte carlo.
Pada banyak kasus paparan eksterna, bagi pekerja radiasi yang menggunakan 1 (satu) dosimeter yang dipasang di balik apron dapat diasumsikan sebagai dosis efektif, namun merupakan perkiraan yang sangat konservatif. Sehingga diperlukan dosimeter tambahan yang digunakan di leher untuk memperkirakan dosis ekivalen dan koreksi terhadap penggunaan 1 (satu) dosimeter.
Sedangkan bagi pasien, risiko radiasi sering didekati dengan mengetahui besarnya dosis ekivalen. Karena untuk sampai pada evaluasi dosis efektif diperlukan perhitungan yang tidak mudah. Hal ini sering didekati dengan penggunaan software perhitungan dosis, seperti PCXMC, CALDOSE, CTDosimetry, dan lainnya.
Dosis efektif digunakan untuk memperkirakan risiko stokastik baik efek kanker maupun efek hereditas dan tidak berlaku untuk mengases kemungkinan terjadinya reaksi jaringan tubuh (tissue reaction).
Risiko Stokastik
Di Amerika Serikat, terlaporkan bahwa terlalu sering menggunakan diagnostik dengan CT Scan dapat menyebabkan kanker sebanyak 3 juta kasus selama 2 – 3 dekade ini. Kemudian, pada web RPOP diketahui adanya informasi bahwa pemeriksaan CT Scan itu memberikan dosis yang besarnya sampai 500 kali dosis pemeriksaan thoraks dengan pesawat sinar-X radiografi umum.
Standar internasional melalui ICRP 103 Tahun 2007 merekomendasikan sebuah nilai koefisien risiko untuk memperkirakan efek kanker sebesar 5,5% per Sv dan efek hereditas 0,2 % per Sv untuk populasi tanpa memandang umur dan jenis kelamin. Dengan menggunakan nilai koefisien tersebut, dapat diperkirakan besarnya risiko munculnya kanker ataupun efek hereditas jika diketahui besarnya dosis efektif.
Perkiraan Dosis Efektif dan Risikonya
Pada modalitas radiasi pengion seperti CT Scan, indikator dosis dalam bentuk CTDI dan DLP seharusnya sudah menjadi kewajiban yang melekat pada modalitas tersebut. Dari indikator dosis tersebut, dapat diperkirakan besarnya dosis efektif yang diterima oleh pasien jika menjalani pemeriksaan dengan CT Scan. Sebagaimana disebutkan, perkiraan dosis efektif lebih tidak mudah dibanding dengan dosis ekivalen. Sehingga, pada kesempatan kali ini akan digunakan sebuah software untuk memperkirakan dosis efektif sesuai dengan ICRP 103 yaitu CTDosimetry.
Dari dosis efektif yang diperoleh, kemudian dikalikan dengan nilai koefisien risiko sehingga diketahui besarnya risiko kemunculan kanker dan efek turunan (hereditas).
Pada Tabel 1 berikut ini diberikan contoh hasil kalkulasi dosis efektif dan risikonya dengan jenis protokol pemeriksaan kepala dan abdomen rutin.
Pada Tabel 1 di atas diketahui bahwa dosis efektif rata-rata pemeriksaan CT Scan kepala adalah 1,4 mSv dengan risiko muncul kanker 0,8 ≈ 1 per 10.000 kasus. Sedangkan untuk dosis efektif rata-rata pemeriksaan CT Scan abdomen (Tabel 2) adalah 8,2 mSv dengan risiko muncul kanker antara 0,18 – 0,85 per 1.000 kasus.
Pada kedua tabel hasil perhitungan dapat diketahui bahwa perkiraan dosis efektif untuk pemeriksaan kepala lebih kecil dibanding dengan pemeriksaan abdomen. Hal tersebut berbanding terbalik dengan nilai CTDI dan DLP-nya. Artinya, nilai CTDI dan DLP belum dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya risiko radiasi yang diterima pasien.
Selain itu juga dapat diketahui beberapa organ at risk yang memperoleh dosis ekivalen dengan nilai signifikan. Contohnya, pada pemeriksaan kepala, organ at risk-nya adalah mata. Pada tabel di atas diperoleh informasi bahwa lensa mata memperoleh dosis ekivalen rata-rata sebesar 34,4 mGy. Sebagai catatan, perhitungan di atas dilakukan untuk asumsi 1 (satu) kali penyinaran per pasien. Pada saat diagnosis, sering kali pasien menerima lebih dari sekali scanning. Misalnya pada pemeriksaan pakai kontras.
Kesimpulan
Pustaka
Pada bagian sebelumnya sudah pernah disampaikan mengenai “Proteksi Radiasi pada Pasien dalam Pemeriksaan CT Scan” (silakan kunjungi Link-nya). Pada kesempatan kali ini akan diuraikan mengenai perkiraan besarnya dosis efektif yang diterima pasien ketika menjalani pemeriksaan dengan modalitas CT Scan.
Besarnya dosis yang diterima oleh pasien tersebut merupakan nilai CT dose index (CTDI) dan dose-length product (DLP) untuk tiap pemeriksaan. Nilai CTDI dan DLP dapat dengan mudah kita temui di monitor konsol CT Scan. Permasalahannya, nilai CTDI dan DLP bukan sebagai besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pasien pada saat menjalani pemeriksaan dengan CT Scan. Teminologi dosis pasien secara harfiah sebenarnya menunjuk kepada dosis efektif yang diterima pasien. Berapa besarnya dosis efektif yang diterima oleh pasien CT Scan?
Dosis Ekivalen dan Dosis Efektif
Menurut Glosarium Iptek Nuklir (BATAN), definisi dosis ekivalen (H) adalah besaran dosis radiasi yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi untuk menyatakan besarnya tingkat kerusakan pada jaringan tubuh akibat terserapnya sejumlah energi radiasi dengan memperhatikan faktor bobot radiasi (Wr) yang mempengaruhinya (dosis dan jenis radiasi serta faktor lain). Sedangkan dosis efektif (E) adalah besaran dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi yang nilainya adalah jumlah perkalian dosis ekivalen (H) yang diterima jaringan dengan faktor bobot jaringan (Wt).
Dosis efektif merupakan kuantitas dosis yang direkomendasikan oleh standar internasional untuk menyatakan risiko radiasi. Sangat rumit untuk mengevaluasi dosis efektif karena dibutuhkan pengetahuan untuk menghitung dosis ekivalen rata-rata yang diterima minimal 12 organ atau jaringan tubuh. Sehingga lebih mudah memperkirakan dosis efektif dengan menggunakan perangkat lunak (software) monte carlo.
Pada banyak kasus paparan eksterna, bagi pekerja radiasi yang menggunakan 1 (satu) dosimeter yang dipasang di balik apron dapat diasumsikan sebagai dosis efektif, namun merupakan perkiraan yang sangat konservatif. Sehingga diperlukan dosimeter tambahan yang digunakan di leher untuk memperkirakan dosis ekivalen dan koreksi terhadap penggunaan 1 (satu) dosimeter.
Sedangkan bagi pasien, risiko radiasi sering didekati dengan mengetahui besarnya dosis ekivalen. Karena untuk sampai pada evaluasi dosis efektif diperlukan perhitungan yang tidak mudah. Hal ini sering didekati dengan penggunaan software perhitungan dosis, seperti PCXMC, CALDOSE, CTDosimetry, dan lainnya.
Dosis efektif digunakan untuk memperkirakan risiko stokastik baik efek kanker maupun efek hereditas dan tidak berlaku untuk mengases kemungkinan terjadinya reaksi jaringan tubuh (tissue reaction).
Risiko Stokastik
Di Amerika Serikat, terlaporkan bahwa terlalu sering menggunakan diagnostik dengan CT Scan dapat menyebabkan kanker sebanyak 3 juta kasus selama 2 – 3 dekade ini. Kemudian, pada web RPOP diketahui adanya informasi bahwa pemeriksaan CT Scan itu memberikan dosis yang besarnya sampai 500 kali dosis pemeriksaan thoraks dengan pesawat sinar-X radiografi umum.
Standar internasional melalui ICRP 103 Tahun 2007 merekomendasikan sebuah nilai koefisien risiko untuk memperkirakan efek kanker sebesar 5,5% per Sv dan efek hereditas 0,2 % per Sv untuk populasi tanpa memandang umur dan jenis kelamin. Dengan menggunakan nilai koefisien tersebut, dapat diperkirakan besarnya risiko munculnya kanker ataupun efek hereditas jika diketahui besarnya dosis efektif.
Perkiraan Dosis Efektif dan Risikonya
Pada modalitas radiasi pengion seperti CT Scan, indikator dosis dalam bentuk CTDI dan DLP seharusnya sudah menjadi kewajiban yang melekat pada modalitas tersebut. Dari indikator dosis tersebut, dapat diperkirakan besarnya dosis efektif yang diterima oleh pasien jika menjalani pemeriksaan dengan CT Scan. Sebagaimana disebutkan, perkiraan dosis efektif lebih tidak mudah dibanding dengan dosis ekivalen. Sehingga, pada kesempatan kali ini akan digunakan sebuah software untuk memperkirakan dosis efektif sesuai dengan ICRP 103 yaitu CTDosimetry.
Dari dosis efektif yang diperoleh, kemudian dikalikan dengan nilai koefisien risiko sehingga diketahui besarnya risiko kemunculan kanker dan efek turunan (hereditas).
Pada Tabel 1 berikut ini diberikan contoh hasil kalkulasi dosis efektif dan risikonya dengan jenis protokol pemeriksaan kepala dan abdomen rutin.
Pada Tabel 1 di atas diketahui bahwa dosis efektif rata-rata pemeriksaan CT Scan kepala adalah 1,4 mSv dengan risiko muncul kanker 0,8 ≈ 1 per 10.000 kasus. Sedangkan untuk dosis efektif rata-rata pemeriksaan CT Scan abdomen (Tabel 2) adalah 8,2 mSv dengan risiko muncul kanker antara 0,18 – 0,85 per 1.000 kasus.
Pada kedua tabel hasil perhitungan dapat diketahui bahwa perkiraan dosis efektif untuk pemeriksaan kepala lebih kecil dibanding dengan pemeriksaan abdomen. Hal tersebut berbanding terbalik dengan nilai CTDI dan DLP-nya. Artinya, nilai CTDI dan DLP belum dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya risiko radiasi yang diterima pasien.
Selain itu juga dapat diketahui beberapa organ at risk yang memperoleh dosis ekivalen dengan nilai signifikan. Contohnya, pada pemeriksaan kepala, organ at risk-nya adalah mata. Pada tabel di atas diperoleh informasi bahwa lensa mata memperoleh dosis ekivalen rata-rata sebesar 34,4 mGy. Sebagai catatan, perhitungan di atas dilakukan untuk asumsi 1 (satu) kali penyinaran per pasien. Pada saat diagnosis, sering kali pasien menerima lebih dari sekali scanning. Misalnya pada pemeriksaan pakai kontras.
Kesimpulan
- Dosis efektif yang diterima oleh pasien dapat diperkirakan dengan menggunakan perhitungan software yang berbasis monte carlo seperti CTDosimetry.
- Ketersediaan indikator dosis yang ada pada monitor konsol pesawat CT Scan sudah sewajarnya menjadi kewajiban bagi pesawat sinar-X CT Scan. Jadi kalau mau beli pesawat CT Scan, fitur indikator dosis jangan sampai ketinggalan.
Pustaka
- Glosarium BATAN, website http://www.batan.go.id/index.php/id/glosarium2, diakses 8 September 2015.
- http://usatoday30.usatoday.com/news/health/2007-11-28-dangerous-scans_N.htm, diakses 9 Februari 2013.
- https://rpop.iaea.org/RPOP/RPoP/Content/AdditionalResources/Posters/computed-tomography-posters.htm, diakses 24 April 2013.
- Software CTDosimetry 1.0.4
- ICRP Publication 103 Tahun 2007