Proteksi dan Keselamatan Radiasi Pada Tindakan Radiologi Intervensi (Sesi 1)
Tindakan intervensi merupakan suatu tindakan medis dalam dunia kedokteran yang menggunakan sinar-X sebagai panduan secara real-time untuk melakukan diagnosis maupun pengobatan
melalui intervensi non bedah.
Sebagaimana diketahui bahwa
pada praktek kedokteran, tindakan intervensi menggunakan radiasi pengion
sebagai pemandu secara real-time mengalami perkembangan yang signifikan, hal
ini ditunjukkan dengan banyaknya senter-senter rumah sakit yang sudah memiliki
fasilitas cathlab untuk tindakan intervensi.
Tindakan intervensi menggunakan panduan sinar-X memberi berbagai
keuntungan yang diperoleh seperti : jenis tindakan yang dapat dilakukan dengan
sinar-X intervensi semakin banyak dan berkembang, pasien tidak perlu rawat inap
bila tidak kritis, pada banyak kasus tidak perlu dilakukan pembedahan dalam
menangani pasien, dan lebih ekonomis.
Namun, di samping beberapa
keuntungan tersebut, tindakan intervensi juga memberikan potensi risiko radiasi
yang signifikan bagi pasien maupun personel atau staf yang melakukan tindakan.
Hal ini terjadi bila ada kasus jenis tertentu tindakan intervensi yang rumit
dan kompleks, memungkinkan penggunaan waktu fluoroskopi yang lama dan laju
dosis tinggi.
Beberapa kasus yang ada,
pasien sering kali harus mengalami tindakan intervensi yang berulang karena
munculnya gejala penyakit yang sama atau lainnya. Berbagai kasus tersebut
dengan disertai kurangnya implementasi proteksi radiasi dalam tindakan
intervensi, maka dapat mengakibatkan radiasi yang diterima oleh pasien dapat
mencapai efek deterministik di kulit pasien pada rentang iritasi kulit sampai
pada kematian jaringan kulit (necrosis).
Begitu pula dengan personel atau staf yang melakukan tindakan, dosis personel
atau staf dapat mencapai tingkat efek deterministik pada mata mulai dari
rentang gejala katarak sampai katarak akut, bahkan sampai induksi kanker.
Dokter spesialis sebagai
personel utama yang melakukan tindakan intervensi harus mengetahui bahwa
tindakan tersebut dapat berpotensi menimbulkan luka pada kulit pasien karena
menggunakan fluoroskopi dalam waktu lama. Begitu pula dengan personel pelaksana
tindakan seperti dokter dan stafnya yang melakukan tindakan intervensi. Apabila
alat proteksi dan alat ukur radiasi tidak digunakan serta banyak tindakan
kompleks yang dilakukan per hari, maka kemungkinan muncul risiko radiasi
khususnya gangguan pada lensa mata dapat terjadi setelah beberapa tahun
bekerja.
Proteksi radiasi pada personel
atau pekerja tidak dapat dipisahkan dari proteksi radiasi pada pasien. Jika
sistem proteksi radiasi diterapkan maka pekerja memiliki risiko yang lebih
rendah dari pada pasien. Radiasi yang diterima oleh pekerja sebagian besar
adalah hamburan dari pasien. Oleh karena
itu, jika pasien menerima radiasi yang rendah maka pekerja radiasi juga akan
menerima paparan radiasi hambur yang rendah pula. Namun hubungan risiko radiasi
antara pekerja dan pasien tidak sesederhana itu, banyak faktor yang dapat
menyebabkan dosis pada pekerja. Salah satu faktor utama adalah peralatan
proteksi yang memadai dan penggunaannya yang tepat dalam ruang tindakan.
Pakaian Pb (apron), kaca mata Pb, tabir kaca Pb, tirai Pb yang di samping meja
pasien, dan peralatan proteksi lain harus disediakan untuk mereduksi dosis
radiasi secara signifikan.
Sistem sinar-X yang
digunakan dalam intervensi sebenarnya sudah didesain khusus untuk melakukan
tindakan intervensi termasuk fitur keselamatan radiasinya. Meskipun sistem
sinar-X intervensi sekarang ini semakin canggih dan produsen pesawat sinar-X
telah memasukkan banyak fitur teknis untuk mengurangi dosis radiasi namun
apabila personel yang melaksanakan tindakan tidak mengetahui dan memahami serta
mempraktekkan aspek proteksi radiasi maka para personel tersebut tidak akan
memperoleh manfaat yang lebih baik. Untuk itu pelatihan proteksi radiasi dan
implementasi merupakan kunci utamanya.